Cite This        Tampung        Export Record
Judul Istana Kedua / Asma Nadia
Pengarang Asma Nadia
Penerbitan Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2017
Deskripsi Fisik 248 hlm. ;18 cm.
ISBN 978-979-22-3045-1
Subjek FIKSI
Abstrak Mei Rose: "Aku telah merampas sesuatu yang paling berharga dari hidupnya. Dan sangat wajar jika perempuan ini datang dengan segunung lahar api. Hm... koreksi. Aku tidak merampas apa pun, aku hanya memaksanya berbagi." Arini: "Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?" Dongeng yang retak-retak. Peristiwa tragis dan e-mail aneh dari gadis bernama Bulan. Sementara seseorang berjuang melawan Tuhan, waktu dengan sabar menyusun keping-keping puzzle kehidupan yang terserak, lewat skenario yang menakjubkan. Para penulis perempuan seperti gumpalan burung yang jatuh dari udara, menyerbu kehidupan sastra Indonesia, memasuki milenium ketiga. Masing-masing dengan dunianya. Ada yang cerdas, radikal, bebas, bahkan lebih gila dari lelaki. Tetapi ada yang gaul, melankolis, puitis, komunikatif, santun, namun sesungguhnya memberontak. Arini berhenti berlari. Tak lagi berusaha menghindar dari luka, papar Asma Nadia
Bahasa Indonesia
Bentuk Karya Bukan fiksi atau tidak didefinisikan
Target Pembaca Umum

 
No Barcode No. Panggil Akses Lokasi Ketersediaan
00000033538 899.221 3 ASM i Dapat dipinjam Perpustakaan Umum Kota Kediri - R. Baca Umum Tersedia
Tag Ind1 Ind2 Isi
001 INLIS000000000013473
005 20221014091111
007 ta
008 221014################g##########0#ind##
020 # # $a 978-979-22-3045-1
035 # # $a 0010-0319000029
082 # # $a 899.221 3
084 # # $a 899.221 3 ASM i
100 0 # $a Asma Nadia
245 1 # $a Istana Kedua /$c Asma Nadia
260 # # $a Jakarta :$b Gramedia Pustaka Utama,$c 2017
300 # # $a 248 hlm. ; $c 18 cm.
520 # # $a Mei Rose: "Aku telah merampas sesuatu yang paling berharga dari hidupnya. Dan sangat wajar jika perempuan ini datang dengan segunung lahar api. Hm... koreksi. Aku tidak merampas apa pun, aku hanya memaksanya berbagi." Arini: "Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?" Dongeng yang retak-retak. Peristiwa tragis dan e-mail aneh dari gadis bernama Bulan. Sementara seseorang berjuang melawan Tuhan, waktu dengan sabar menyusun keping-keping puzzle kehidupan yang terserak, lewat skenario yang menakjubkan. Para penulis perempuan seperti gumpalan burung yang jatuh dari udara, menyerbu kehidupan sastra Indonesia, memasuki milenium ketiga. Masing-masing dengan dunianya. Ada yang cerdas, radikal, bebas, bahkan lebih gila dari lelaki. Tetapi ada yang gaul, melankolis, puitis, komunikatif, santun, namun sesungguhnya memberontak. Arini berhenti berlari. Tak lagi berusaha menghindar dari luka, papar Asma Nadia mengakhiri kisahnya. Sebuah suara lirih yang menggelegar karena menunjukkan tekad yang menjadi wajah lain dari langkah perempuan Indonesia masa kini. (Putu Wijaya, seniman) "Dengan kepiawaiannya mengeksplorasi dunia kata, Asma Nadia memotret poligami dari semua sisi: sisi suami, sisi "korban"---dalam hal ini istri pertama---dan sisi perempuan pemilik Istana Kedua. Kisah yang sangat menyentuh dan membuat saya jadi ingin "mewajibkan" semua laki-laki membaca novel ini." (Dewie Sekar; penulis Zona @ Tsunami, Perang Bintang, dan Zona @ Last)
650 # # $a FIKSI
850 # # $a Perpusdakedirikota
990 # # $a 0041478/PU-KDR/HD/2019
Content Unduh katalog